Lamborghini Huracán LP 610-4 t

Misteri Lele Terpecahkan
Teman-teman,
Tempo hari saya cerita soal
sulitnya mancing lele. Problem
terbesar,
saya tidak mengetahui persis
umpannya.
Soal itu kini sudah teratasi.
Saya pun memiliki sejumlah trik
penting.
Asal tahu, sebelum sampai ke
sana, selama sebulan ini saya
berpikir
keras untuk memecahkan
"misteri lele" ini. Akibat misteri
ini, banyak
pekerjaan saya terbengkalai.
Saat di Jakarta pun konsentrasi
saya
sering terbagi-bagi, dan
inginnya pulang terus ke
Bandung untuk
mancing; sampai-sampai Mas
Andreas mengibaratkan saya
"burung merpati
pomah" alias selalu cepat-cepat
terbang pulang ke kandangnya.
Kata
dia, hanya satu cara agar
merpati tidak "pomah."
Dipotong sayapnya.
Hiii syeeerem.
Dalam sebulan, saya
mendatangi satu demi satu
kolam pancing ikan lele,
walau ada yang jaraknya antara
10 km dan 15 km. Lokasi
terdekat adalah
Kampung Paledang, sebelah
utara tempat tinggal saya
(Maleber, Bandung)
yang berjarak sekitar 1-2 km.
Biasanya saya ke sana naik
becak atau
jalan kaki ramai-ramai dengan
teman sekampung sekira pukul
18.30.
Pulangnya sekira pukul 00.30.
Dari tour mancing ini saya
mendapat banyak pelajar dari
para jawara
mancing -- terutama orang-
orang tua bahkan kakek-kakek
-- tentang
resep umpan. Salah satunya
racikan ikan mas bakar, pelet,
dan keju.
Pelet yang disarankan adalah
pelet apung. Ini bahan dasar.
Untuk
membuat umpan lebih
melayang-layang, disarankan
pake kuning telor
asin. Kenapa mesti melayang?
Lele suka makanan yang
sifatnya
"menantang."
Esen yang bisa digunakan pada
umpan itu adalah kelapa atau
almond.
Saya pernah menggunakan
juga esen daging buatan
Golden Fish. Hasil
kesemuanya cukup oke.
Sayangnya, di empang
Kampung Paledang, umpan
tadi mental. Ini bikin
saya pening lagi. Dan selidik
punya selidik, ternyata
semuanya
menggunakan umpan alamiah.
Beberapa umpan alamiah yang
digunakan
adalah cacing (mulai lubricus,
cacing merah, cacing bulu
sampai cacing
merah), kecoa batu, gaang,
juga laba-laba belang. Seorang
anak kecil,
anak kolam, membisikki saya,
"Coba pake udang hidup."
Saya menggunakan udang
hidup. Hasilnya cukup lher.
Malam tadi saya
memecahkan rekor menangkap
14 ekor lele. Ini prestasi besar
saya dan
menyabet juara II.
Kenapa bisa mendapat
sebanyak itu? Ternyata ini
bergantung pada teknik
memancing. Pertama-tama,
saya mengumpulkan informasi
kedalaman kolam.
Setelah tahu bahwa kolam
sekira 80 cm, saya memasang
kumbul pada
sekira 70 cm. Tujuannya agar
umpan terus bergerak,
sehingga
memunculkan suasana
perburuan di kalangan umat
lele.
Untuk menambah semarak
perburuan, saya menggetar-
getarkan joran hingga
kumbul terus bergetar dan
seolah udang itu hidup
sehidup-hidupnya.
Untuk lebih spektakuler lagi,
saya sengaja memenggal
kepala udang
sehingga udang tak lagi
berkumis dan yang runcing-
runcingnya terbuang.
Udang agak besar pun dibuang
ekornya. Ini penting sebab lele
di sana
sering dipancing (istilah
populer di kalangan pemancing
"garung"). Dan
karena sering dipancing,
mereka trauma pada mata kail.
[Saya kira
mereka perlu psikiater.]
Dengan teknik mengumpan
dan memancing seperti itu,
hasilnya dahsyat.
Hampir setiap umpan dibawa
ke dasar kolam dan lele nempel
di kail
hanya tinggal tunggu waktu.
Harap dicatat, menu udang
yang disajikan harus segar. Lele
emoh udang
bau sebab mungkin bisa
mengurangi gengsi
keleleannya. Atau barangkali
di sana ada lembaga halal, yang
tak membolehkan lele makan
udang mati.
Salam,
as
Yayasan Pantau adalah sebuah
organisasi nirlaba yang
bertujuan
meningkatkan mutu jurnalisme
di Indonesia.